Cerita motivasi kata yang 
menakutkan itu adalah kapan, kenapa? Pertanyaannya adalah Kapan ? “Kapan
 lulus? , Kapan menikah? , Kapan punya anak?”
Kata ini menjadi salah satu momok yang 
paling tidak ingin didengar oleh banyak orang, bahkan bagi sebagian 
orang kapan adalah kata yang menakutkan. Meski tidak semuanya, namun 
setidaknya sebagian besar dari kita, barangkali kamu juga menjadi salah 
satu merasakannya.
Rentetan kata kapan ini terasa tidak ada
 habisnya, bahkan meski kita telah melakukan berbagai kapan yang kita 
dengar sebelumnya, namun akan selalu ada kapan berikutnya. Begitu terus,
 dan seolah tak pernah habis untuk didengar. Lalu, haruskah kita selalu 
merasa jengkel setiap kali mendengar kata kapan tersebut terlontar dari 
mulut seseorang yang ada di sekitar kita?
Menghindar bukan pilihan yang tepat
Saat kita begitu jengkel atau tidak 
menyukai suatu hal, maka reaksi paling alami dan sering kita lakukan 
adalah menghindarinya. Hal tersebut tentu sangat manusiawi, sebab tak 
seorangpun ingin berada di sebuah tempat yang salah, bukan?
Hal yang sama juga akan selalu kita 
lakukan untuk menghindari kata kapan yang mungkin saja telah terlalu 
sering kita dengar. Bukan hanya dari teman saja, namun kata ini bisa 
saja selalu terlontar dari mereka yang begitu dekat dengan kita, 
keluarga dan kerabat misalnya. Enggan dan tidak ingin selalu tersudut 
dengan pertanyaan yang sama dari mereka, maka kita akan seringkali 
menghindari untuk bertemu dengan mereka di dalam berbagai kesempatan.
Jika kita melakukan hal ini terlalu 
sering, maka lama kelamaan kita akan lebih berani dan memilih untuk 
tidak hanya sekedar menghindari kontak di sebuah pertemuan saja. Namun, 
bisa saja kita malah menjadi sangat jarang mendatangi sebuah acara, 
meski itu merupakan sebuah acara yang penting bagi keluarga. Kita akan 
mencari berbagai alasan untuk tidak menghadirinya, bahkan meski alasan 
tersebut juga terkadang terlalu mangada-ada, namun kita akan tetap 
melakukannya.
Berhentilah untuk melakukan hal-hal 
seperti ini, sebab kita akan banyak kehilangan momen berharga dengan 
orang-orang yang kita cintai. Bayangkan, bagaimana kecewanya seorang 
sepupu dekat yang tidak kita hadiri acara pernikahannya, atau bagaimana 
kecewanya salah seorang kerabat dekat kita yang sangat menantikan 
kehadiran kita di pesta ulang tahun putrinya. Orang-orang yang 
mengundang kita mungkin bukan yang sedang kita hindari, namun kerabat 
lainnya yang akan hadir di tempat yang sama pada acara tersebutlah yang 
sedang kita hindari. Lalu, apa salah mereka yang telah mengundang kita 
ke acara tersebut?
Ini tentang diri sendiri, bukan mereka
Jangan selalu berupaya kabur dari 
kenyataan, bahkan dengan selalu menghindari kata kapan yang telah begitu
 lekat pada pendengaran. Jika seseorang selalu menanyakan hal tersebut 
kepada kita, maka anggap saja itu sebagai sebuah bentuk perhatiannya 
atas apa yang sedang kita lalui dan alami saat ini. Tidak perlu 
tersinggung atau marah ketika mengahadapi berbagai pertanyaan ini, 
apalagi jika ternyata kita memang berada pada kondisi yang seperti itu 
adanya, misalnya: belum lulus hingga tahun ke delapan, atau bahkan belum
 memiliki pasangan di usia yang hampir menginjak empat puluhan.
 

 
 

 
 
 Posts
Posts
 
 
No comments:
Post a Comment