“MEKANIKA TANAH”
OLEH :
NAMA : Afif Ma’ruf Yulfriza
NIM : 5162210002
KELAS : Teknik Sipil Reg A Nondik
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
PRODI D3 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PERTANYAAN
1.
Pengertian Tanah
2.
Aplikasi Ilmu
Mekanika Tanah dalam Teknik Sipil
3.
Bagaimana proses
pembentukan Tanah
4.
Distribusi
Ukuran Butir Tanah
5.
Tabel
klarifikasi tanah berdasarkan ukuran butir
6.
Nomor diameter
saringan
7.
Tujuan Analisa
Saringan
8.
Nilai Grapich
Gradasi buruk Saringan Tanah
1.
Tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian
pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel
halus) dan Tanah terbentuk dari kumpulan
bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga diantara bagian-bagian tersebut berisi udara dan air.
2.
a. Pondasi Bangunan
- Menentukan kekuatan dan daya dukung tanah,
- Penurunan (settlement) dari pondasi,
- Bagaimana cara perbaikan tanah agar diperolah cara dan hasil yang baik.
b. Bendungan tanah urugan
- Menentukan slope/kemiringan lereng bendungan tanah agar tidak longsor,
- Menentukan jumlah air yang hilang melalui badan bendung
c. Jalan Raya
- Merencanakan tebal perkerasan tanah
- Menentukan daya dukung tanah
- pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan
- Menentukan kekuatan dan daya dukung tanah,
- Penurunan (settlement) dari pondasi,
- Bagaimana cara perbaikan tanah agar diperolah cara dan hasil yang baik.
b. Bendungan tanah urugan
- Menentukan slope/kemiringan lereng bendungan tanah agar tidak longsor,
- Menentukan jumlah air yang hilang melalui badan bendung
c. Jalan Raya
- Merencanakan tebal perkerasan tanah
- Menentukan daya dukung tanah
- pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan
3.
Proses pembentukan tanah yang berasal dari
batuan-batuan besar dipengaruhi oleh banyak faktor. Akan tetapi, secara umum
proses ini melewati 4 tahapan besar, yakni proses pelapukan batuan, pelunakan
struktur, tumbuhnya tumbuhan perintis, dan proses penyuburan. Berikut akan
dijelaskan keempat proses terbentuknya tanah tersebut.
Tanah terbentuk
dari proses pelapukan
batuan induk.
Proses pelapukan ini terjadi karena interaksi antara agen pelapukan seperti
iklim, topografi, dan organisme dengan batuan di dalam ekosistem litosfer yang
berlangsung dalam jangka waktu sangat lama. Pelapukan dapat dibedakan menjadi 3
macam.
1. Pelapukan Fisika
Pelapukan fisika
atau sering pula disebut pelapukan mekanik adalah proses pelapukan batuan yang
diakibatkan adanya pengaruh faktor fisik pada batuan. Faktor yang paling
dominan dalam macam pelapukan ini adalah suhu udara, tekanan, dan kristalisasi
garam. Jenis pelapukan ini hanya dapat ditemukan di daerah beriklim ekstrim,
seperti daerah subtropis, daerah gurun, pesisir pantai, dan daerah dengan
topografi curam.
2. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia
adalah proses pelapukan yang diakibatkan perubahan struktur kimiawi pada batuan
melalui reaksi tertentu. Adapun reaksi yang terjadi pada proses pelapukan
tersebut ada 3 macam, yaitu solution, hidrolisis, dan oksidasi. Contoh
pelapukan kimia
melalui ketiga reaksi tersebut antara lain:
Proses pelarutan
batuan kapur gamping akibat reaksinya terhadap air.
Hidrolisis air
hujan mengakibatkan naiknya tingkat keasaman di sekitar batuan. Ion H+
memungkinkan terjadinya korosi pada batuan.
Oksidasi pada
batuan yang kaya mineral besi memungkinkan ikatan mineral di permukaan batuan
jadi lemah dan terutai.
3. Pelapukan Biologi
Pelapukan
biologi atau sering pula disebut pelapukan organik adalah proses pelapukan
batuan yang dilakukan oleh organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan
batuan tersebut. Adapun organisme yang berperan dalam macam pelapukan ini bisa
berupa hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, hingga manusia. Proses pelapukan
biologi melibatkan 2 cara, yaitu cara biokimia dan cara mekanis.
4.
Distribusi Ukuran Butir Tanah
1.
Klasifikasi
Tanah BerdasarkanUnified System
a.
Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang
besar, biasanya lebih besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm
sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b.
Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang
berukuran 5 mm sampai 150 mm.
c.
Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,
yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan halus yang
berukuran < 1 mm.
d.
Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
0,0074 mm.
e.
Lempung (clay) adalah partikel mineral yang
berukuran lebih kecil dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi
pada tanah yang kohesif.
f.
Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang
diam dan berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.
2. Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO awalnya membagi tanah
kedalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk subkelompok.
Tanah A-1 sampai A-3 adalah
tanah berbutir (granular) dengan tidak lebih dari 35 persen bahan lolos
saringan No.200. Bahan khas dalam kelompok A-1 adalah campuran bergradasi baik
dari kerikil, pasir kasar, pasir halus, dan suatu bahan pengikat (binder) yang
mempunyai plastisitas sangat kecil atau tidak sama sekali (Ip ≤ 6). Kelompok
A-3 terdiri dari campuran pasir halus, bergradasi buruk, dengan sebagian kecil
pasir kasar dan kerikil, fraksi lanau yang merupakan bahan tidak plastis lolos
saringan No.200. Kelompok A-2 juga merupakan bahan berbutir tetapi dengan
jumlah bahan yang lolos saringan No.200 yang cukup banyak (tidak lebih dari 35
persen). Bahan ini terletak di anatara bahan dalam kelompok A-1 dan A-3 dan
bahan lanau – lempung dari kelompok A-4 sampai A 7. Kelompok A-4 sampai A-7
adalah tanah berbutir halus dengan lebih dari 35 persen bahan lolos saringan
No.200.
Pasir : Butiran dengan diameter 2,0 – 0,05 mm.
Lanau : Butiran dengan diameter 0,005 – 0,002 mm.
Lempung : Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,02 mm.
5.
Tabel klarifikasi tanah berdasarkan ukuran
butir
klasifikasi tanah Unified system (Bowles, 1991)
Jenis Tanah
|
Prefiks
|
Subkelompok
|
Sufiks
|
Kerikil
|
G
|
Gradasibaik
|
W
|
Gradasiburuk
|
P
|
||
Pasir
|
S
|
Berlanau
|
M
|
Berlempung
|
C
|
||
Lanau
|
M
|
||
Lempung
|
C
|
wl< 50 persen
|
L
|
Organik
|
O
|
Wl> 50 persen
|
H
|
Gambut
|
Pt
|
||
Klasifikasi
Tanah Berdasarkan AASHTO
Klasifikasi
umum
|
Tanah
berbutir
|
|||||||
(35%
atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
|
||||||||
Klasifikasi
|
A-1
|
A-3
|
A-2
|
|||||
Kelompok
|
A-1-a
|
A-1-b
|
A-2-4
|
A-2-5
|
A-2-6
|
A-2-7
|
||
Analisis
ayakan (%
|
Maks
|
|||||||
lolos)
|
||||||||
50
|
Min 51
|
|||||||
No.10
|
Maks
|
|||||||
Maks
|
Maks
|
Maks
|
||||||
No.40
|
50
|
|||||||
30
|
10
|
35
|
||||||
No.200
|
Maks
|
|||||||
Maks
|
Maks
|
Maks
|
Maks
|
|||||
25
|
||||||||
15
|
35
|
35
|
35
|
|||||
Sifat
fraksi yang
|
||||||||
lolos
ayakan No.40
|
||||||||
Batas
Cair (LL)
|
Maks
|
Min 41
|
Maks
|
Min 41
|
||||
Indeks
Plastisitas
|
Maks 6
|
NP
|
40
|
Maks
|
40
|
Min 41
|
||
(PI)
|
Maks
|
10
|
Min 11
|
|||||
10
|
||||||||
Tipe
material yang
|
Batu
pecah,
|
Pasir
|
Kerikil
dan pasir yang berlanau atau
|
|||||
paling
dominan
|
kerikil
dan pasir
|
Halus
|
berlempung
|
|||||
6.
Nomor Diameter Saringan
7.
Tujuan pengujian ini
ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah
persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.
persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.
8.
Nilai Grapich
Gradasi buruk Saringan Tanah
Rentang Batas
Ukuran Butiran Tanah
Bentuk kurva dapan dikelompokkan
dalam 3 grup: 1. Tanah bergradasi baik (well-graded): rentang distribusi ukuran
partikel yang relatif lebih luas,menghasilkan kurva distribusi yang lurus dan
panjang. 2. Tanah gradasi seragam (uniform soil): distribusi
partikel-partikelnya memiliki ukuran yang relatif sama, 3. Tanah gradasi buruk
(gap graded atau poorly graded) : memiliki distribusi ukuran partikel yang
terputus yang mana tidak terdapat ukuran partikel antara butir kasar dan halus.
Karakteristik tanah berdasarkan
distribusi partikelnya:
- Koefisien keseragaman (uniformity coefficient), Cu.
Koefisien kelengkungan (coefficient of curvature), Cc.
- Tanah bergradasi sgt baik bila Cu > 15
- Tanah yang memiliki gradasi yang baik mempunyai nilai Cu > 4 (untuk tanah kerikil), Cu > 6 (untuk pasir), dan
- Cc antara 1 – 3 (untuk kerikil dan pasir).
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno,
S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Dudal, R.,
and M. Soepraptohardjo. 1957. Soil
Classification in Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi,
Bogor.
Hardjowigeno Sarwono, Prof Dr. Ir. H. M.Sc. 2010.
Ilmu Tanah. Jakarta : CV.AKADEMIKA PRESSINDO.
No comments:
Post a Comment